Subscribe:

Labels

Monday, July 14, 2008

Mahasiswa dalam hitam putih kehidupan kampus.

mahasiswa dalam hitam putih kehidupan kampus.


Menyandang predikat mahasiswa adalah dambaan banyak orang Banyak hal yang membuat predikat yang satu ini menjadi incaran dan rebutan bagi siapapun yang doyan kenikmatan dunia, antara lain memuaskan dahaga akan ilmu, atau ingin meningkatkan status sosial ekonomi kelak di kemudian hari, bahkan ada juga yang sekedar buat gengsi dan kesenangan. Berbagai alasan inilah yang kelak akan menentukan tipe mahasiswa apakah dia ketika berkiprah di bangku perkuliahan, di samping faktor lain yaitu pergaulan yang dipilih.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di sebuah perguruan tinggi, yang terlintas dalam benak kebanyakan mahasiswa adalah bagaimana supaya dapat kuliah dengan baik, mencapai cita-cita yang sejak awal dibawa dari kampung atau tempat asal, seterusnya mendapat pekerjaan yang baik. Gambaran tentang kehidupan kampus yang sebenarnya masih tampak buram.
Tetapi apa yang terjadi kemudian, selang beberapa waktu kemudian terjadi perubahan seiring dengan perjalanan akademik mahasiswa. Setiap orang mulai memilih jalannya sendiri-sendiri. Apakah dari segi teman sepergaulan, termasuk kegiatan kampus apa yang dilakoni, juga di organisasi mana tepat berkiprah. Semua itu tergantung dari pemahaman dan idealisme masing-masing. Maka jadilah mahasiswa itu bergolong-golongan dengan karakteristik yang berbeda-beda pula.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi dan komunikasi yang mewarnai era yang serba cepat ini. Yang mengakibatkan merebaknya berbagai pemahaman dan ideologi atau pemikiran yang beraneka macam di kalangan mahasiswa. Kondisi ini, tak ayal mempengaruhi kelakuan mahasiswa itu sendiri beserta gaya hidupnya yang datang dari pemikiran yang dianutnya.
Pemikiran yang datang dari barat seperti paham kebebasan (liberalisme), hedonisme, sekularisme, kapitalisme dan sosialisme, termasuk pluralisme dan sinkretisme, mau tak mau harus dikonsumsi oleh berbagai kalangan Termasuk mahasiswa sebagai bagian dari target propaganda pemikiran tersebut. Yang kemudian memaksa banyak mahasiswa untuk berpaham machiaveli (menghalalkan segala cara) untuk mencapai segala keinginannya sebagai refleksi dari pemikiran-pemikiran ini. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Hidup dianggap syurga, kuliah dianggap tamasya dan melupakan alam yang kekal. Bergelimang dalam kesesatan, terperangkap dalam dosa. Mengejar kenikmatan sesaat. Walhasil, banyak mahasiswa yang terperangkap oleh kehidupan pragmatis.
Di tengah-tengah kehidupan kampus yang nyaris merampas seluruh waktu dan tenaga lebih-lebih materi. Kuliah yang harus tepat waktu, memburu dead-line tugas-tugas membosankan pemberian dosen, obrolan sia-sia dan menjemukan dengan teman se-gank. Belum lagi ditambah masalah pribadi dan keluarga. Semua itu nyaris membuat banyak mahasiswa enggan untuk melirik sisi lain dari kehidupan ini. Suatu dimensi kehidupan dimana yang menjadi target adalah keridhaan Allah dan alam akhirat. Yang familiar dengan sebutan hidup fii sabilillaah.
Tak bisa disangkal bahwa tidak semua mahasiswa terperangkap dengan fakta kehidupan. Banyak juga yang memilih untuk mempersembahkan diri dan hidupnya untuk menegakkan kebenaran, menjadi generasi peduli umat. Mengorbankan harta, kuliah, untuk tegaknya kalimat Laailaahaillallaah Muhammadurrasullullaah, sebagai suatu simbol kebenaran dan kemuliaan sejati. Berjuang membebaskan manusia dari segala pemikiran-pemikiran sesat, yang tak jarang datang dari kalangan mahasiswa teman sepergaulan.
Kehidupan kampus yang merupakan salah satu bagian dari proses kehidupan, ternyata mampu memberikan gambaran masa depan setiap personal yang terlibat di dalamnya. Ini bisa dilihat dari out put yang telah tercover menjadi sarjana. Jalan hidup yang dipilihnya rata-rata hanyalah melanjutkan aktivitas yang dibiasakannya ketika di bangku perkuliahan, demikian juga halnya dari segi pemikirannya. Benarlah sebuah maksim bahwa “Custom make all thing easy”, kebiasaan membuat segalanya mudah.
Oleh karena itu hendaklah mahasiswa sedini mungkin pandai-pandai mendeteksi exixtensi berbagai pengaruh yang setiap saat menyerang pemikirannya. Yang tentu saja pemikiran itu akan mempengaruhi pola kehidupannya, sekarang, dan nanti.

Samudera Hikmah Senyuman

Samudera Hikmah Senyuman

Kita semua tentu tahu, bahwa senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk dilakukan. Akan tetapi, sudahkah kita melakukannya setiap hari? Jika belum, mulailah! Karena ternyata senyuman itu mengandung samudera hikmah/kemanfaatan yang luar biasa baik bagi pemberi maupun penerimanya. Dan, tulisan ini mengajak kita semua untuk tersenyum dan merasakan kemanfaatan senyuman.

Kesederhanaan dan kemanfaatan senyuman dapat kita dalami dan pahami melalui berbagai pendapat dan kata-kata bijak dari para ahlinya. Rasulullah menegaskan dalam sabdanya bahwa senyum itu ibadah. Sementara, Phyllis Diller melukiskan senyuman sebagai sebuah lengkungan yang meluruskan segala sesuatunya. Bahkan senyuman telah menjadi perbincangan mendalam oleh golongan ahli fikir dan filosofi awal seperti Locke, Schopenhaur, Spencer, Descrates dan Hartley melalui karya-karya tulisan mereka.

Senyuman adalah sikap dan energi positif yang dipancarkan lewat ekspresi wajah yang ceria dan menggembirakan. Oleh karena itu, senyuman merupakan perbuatan kecil yang mencerminkan salah satu ciri akhlak yang mulia, namun kesannya cukup besar dalam mempengaruhi keadaan (). Menurut Tanadi Santoso dalam , senyum adalah hal yang sederhana, mudah dan murah untuk dilakukan tapi hasilnya luar biasa.

Senyum adalah lambang optimisme, simpati, empati, keceriaan, berpikir positif, persahabatan dan sikap-sikap positif lainnya. Menurut Soejitno Irmim dan Abdul Rochim, orang yang selalu ceria dan banyak senyum mencerminkan pribadi yang optimis dan senyum membuat kita terbebas dari sikap apriori. Pribadi yang tak gentar menghadapi rintangan dan resiko yang menghadang di depan matanya. Orang yang optimis selalu punya harapan akan masa depannya. Ia menjalani hidup ini dengan nyali yang besar, karena ia yakin hanya nyali dunia ini dapat ditaklukkan. Hidup harus dilalui dengan penuh keberanian karena ketakutan merupakan setengah dari kegagalan.

Kalau kita tersenyum dada akan terasa lapang, sehingga kita dapat berpikir cerdas dan dengan hati yang bening. Kecerdasan pikiran dan kebeningan hati selanjutnya akan mencegah unsur-unsur negatif merasuk ke dalam diri. Pada akhirnya kita akan menjadi manusia yang selalu berprasangka baik dan bersikap simpatik terhadap setiap persoalan.

Selain itu, dijelaskan pula bahwa hati manusia lebih mudah ditaklukkan dengan senyuman daripada dengan kata-kata yang bernada ancaman dan paksaan. Kalau kita ingin mempengaruhi orang lain, pertama kali yang kita lakukan adalah memberinya senyum. Jarang sekali orang yang kebal terhadap senyuman, meskipun diberikan oleh orang yang tidak berarti apa-apa. Seulas senyum dapat meruntuhkan sebongkah karang yang kokoh di tengah samudera. Seulas senyum dapat mencairkan hati yang beku dan menutup kebenaran.

Senyumlah untuk dirimu, orang lain, dan semuanya. Trims. By deny