Subscribe:

Labels

Wednesday, October 13, 2010

Raja atau Punggawa

    Beberapa waktu yang lalu teman-temanku rame bercerita tentang diskusi di perkuliahannya, membahas tentang "Raja atau Punggawa". Istilah yang tentu saja sudah sangat dikenal dan mudah sekali dibedakan arti atau maksudnya. namun lebih jauh pembicaraan kami berlanjut mengenai pekerjaan apa yang akan kami geluti dikemudian hari.
      Dengan nada bercanda sambil makan gorengan, masing-masing temanku pun bercerita tentang rencana masa depannya. Ada yang ingin menjadi pengusaha, politikus, penjahit, guru bahkan ada yang masih bingun. Sesuai dengan istilah Raja atau punggawa, masing-masing temanku pun berargumentasi masing-masing tentang pekerjaannya, baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya.


      Salah seorang temanku beranggapan, jelas sekali lebih enak jadi raja dari pada jadi punggawa, lebih baik menjadi raja dikerajaan kecil daripada jadi punggawa di kerajaan besar, maksudnya lebih baik jadi pengusaha yang mandiri walaupun modal kecil-kecilan dari pada jadi kacung/pesuruh/pelayan di perusahaan/toko/instansi yang besar. Pekerjaan bisa lebih santai dan tidak terbebani, tergantung dengan usaha dan kemauan serta modal tentunya. Siapa sih yang tidak ingin menjadi raja katanya, siapa sih yang tidak mau menjadi bos, dan kita harus berusaha menjadi raja atau bos dipekerjaan kita sendiri, dengan tekad yang membara dan motivasi yang kuat dia menyampaikan segala argumentasinya, kami pun terkesima dan termotivasi dengan kata-katanya. Seolah sang proklamator berbicara tentang masa depan, sang kiai yang menyampaikan khutbahnya, sang presiden yang memberikan sambutan tegasnya. Hebat...
      Namun, salah seorang temanku kemudian mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi sekarang ini sesuai dengan keadaan kami sebagai mahasiswa yang tidak kaya dan juga tidak miskin, tidak memiliki skill yang istimewa dan bisa diandalkan, tidak pintar tapi juga tidak terlalu bodoh, yah...pookoknya biasa-biasa saja deh. Dia mengungkapkan bahwa sekarang ini sangat sulit untuk membangun usaha kecil mandiri, kita memerlukan modal, pengetahuan, keterampilan, keinginan dan semangat yang kuat, dan tentu saja yang paling utama keberuntungan. Persaingan di dunia usaha sangat ketat, seketat polisi dan pemerintah menjaga penyeludupan dan penebangan kayu, seketat kopiah salah seorang teman kami yang sudah tidak muat / bisa dipakai lagi, seketat tali celana yang kekecilan, sulit saudara...he...
       Mendengar perkataan ini, wajah kami pun sedikit kehilangan senyumnya, tersapu ombak semangat yang membara tadinya, seolah mati lampu hati yang tadinya terang akan semangat yang bercahaya. Sekarang ini memang fakta membuktikan seperti itu, dahulu banyak orang gigih yang bercerita tentang inspirasi dan jalan hidupnya, perjuangan dan pengorbanannya, hasil dari semua jerih payahnya yang terbayarkan dengan suatu pencapaian kesuksesan. Memang proses dan pengalaman hidup tersebut memiliki arti yang tiada terukur nilainya, melebih mahalnya harga emas dipasaran, melebihi guratan tulisana di berjuta lembaran, melebihi keindahan lukisan sang maestro dunia. Namun, sekarang zaman telah berbeda, kadang keberuntungan menentukan semuanya, banyak orang-orang pintar, kaya, berpendidikan, dan berpengalaman yang tidak bisa sesukses pendahulunya. Padahal segala yang dia/mereka butuhkan untuk dapat sukses dalam kariernya sudah tersedia tapi tetap saja tidak dapat sukses. Ujung-ujungnya tergantung keberuntungan deh. Kami pun jadi tambah kehilangan semangat.
      Sebagai kumpulan mahasiswa pendidikan bahasa inggris yang merantau dari kampung masing-masing, kami memang suka sekali berdiskusi bahkan berdebat tentang pelajaran, pengalaman, maupun masa depan. Dengan latar budaya yang berbeda dan pola pikir yang beragama, kadang kami membagi pengetahuan dan pengalaman masing-masing tersebut sebagai suatu pengetahuan dan pengalaman baru untuk meraih masa depan yang belum pasti. 
      Ditengah ombak kegalauan yang menghantui kami semua, salah seorang temanku pun dengan nada pasrah dan apa adanya mengungkapkan, kalau kita harus jalani sebisa kita terlebih dahulu, berusaha untuk terus maju. Sekarang jadi mahasiswa siapa rahu nantinya benar-benar bisa menjadi raja, he...walaupun hanya rajanya rumah tangga. Sumringah, senang, dan bahagia kami mendengarnya. Hujan deras pemikiran pun reda diterjang sapu malaikat kepasrahan dan ketenangan jiwa, seolah mau memberikan harapan baru bagi insan di dunia.
     Salah seorang teman kami pun mengungkapkan bagaimana seanadainya kalau kita menjadi punggawa. Dia menceritakan realita tentang maksud dari sebagian besar orang tua kami yang mungkin sebenarnya suatu hari ingin anak-anaknya ini menjadi PNS sebagai guru bahasa inggris sesuai dengan pendidikan yang kami tempuh saat ini. Guru....kata itulah yang melekat dipikiran kami, kami pun berandai-andai di masa depan nanti, dengan canda tawa dan riang gembira, temanku mengungkapkan, entar kalau menjadi guru gimana ya nasib murid-murid kita, gurunya aja tidak beres kerjaannya saat kuliah ini, apa tidak menyesatkan...he...Jadi PNS berarti kita harus mengikuti sistem dan aturan yang ada, tidak bisa bebas kesana kemari karena memiliki tanggung jawab kepada negara maupun agama. Harapan besar dari orang tua itu sebenarnya berkaca dari berbagai contoh dilapangan yang katanya sih jadi guru itu sekarang ini sudah cukup membahagiakan, dapat pahala akhirat dan dapat gajih dua kali lipat, kalau pensiun tidak membuat barak, kalau sakit ada yang merawat, jadinya gak melarat. Memang itulah realita yang ada sekarang ini, menjadi guru memang sudah cukup membahagiakan, memberikan ilmu dan jauh dari korupsi uang, paling berat kesalahan mungkin korupsi waktu. Tapi keinginan dan hasrat kami mungkin tidak hanya itu saja, tidak cukup dengan hanya menjadi guru saja, tidak cukup hanya menjadi punggawa rendahan. Kami pun berandai-andai kalau memang nantinya kita akan menjadi guru setidaknya itu akan menjadikan suatu pengalaman dan pengetahuan kita untuk membuka silaturrahmi dan jaringan di dunia usaha lainnya, tidak cukup hanya menjadi guru saja, tapi menjadi guru yang pintar berusaha, menjadikan gajih sebagai modal usahanya, menjadikan sertifikat sebagai jaminannya, he... menjadikan wibawa sebagai tonggak kepemimpinannya. Setidaknya dengan menjadi guru nantinya kita bisa membuka usaha kecil-kecilan dengan modal dari pelajaran dan ilmu yangg kita pelajari saat ini. 
      Akhirnya, raja dan punggawa masih belum ditentukan mana yang menjadi pilihan kami masing-masing, semuanya masih berpikir, semuanya masih berusaha, semuanya masih berdoa, semuanya masih menjalani prosesnya, semuanya bahagia dengan kehidupan dan pertemuan kami sekarang ini. 
    Ingin menjadi raja, yang memiliki banyak punggawa. Namun sebelum menjadi raja terlebih dahulu merasakan sebagai seorang punggawa. Menjadi raja sekaligus punggawa di kerajaan sendiri tidak lah ada artinya, karena hanya musuh dan bala bencana yang nantinya akan menghadangnya. Namun menjadi rakyat jelata yang apa adanya yang berpangkat raja dengan segala wibanya akan melahirkan punggawa-punggawa berhati setia.
     Hari itu pun kami mendapat dan berbagi pengalaman yang berharga, yang nantinya akan terus diingat dikehidupan kami masing-masing. Hidup ini akan mengalir apa adanya, waktu akan berjalan sesuai aturannya, siang akan berganti siang, masa kini akan menjadi masa lalu, masa depan akan menjadi masa sekarang, kehidupan akan diakhiri dengan kematian, berpikir sangat mendalam nantinya akan menemui kedangkalan, namun kedangkalan tanpa usaha akan mengakibatkan ketiadaan. Semuanya akan kembali kepada yang berhak menghakiminya, yang berhak mengadilinya, yang berhak meminta pertanggung jawabannya.
     Indahnya hari itu yang telah menjadi masa lalu, sekarang kami akan menatap masa depan yang belum pasti dengan penuh motivasi dan keinginan yang tidak hakiki. Seorang lelaki boleh menginginkan seorang wanita yang cantik, walaupun kaya, asal pintar, tapi alim; begitu pula seorang wanita yang ingin kesempurnaan sang pasangannya yang apa adanya.
     Setelah lulus dari bangku kuliah, aku pun bergegas ingin membuktikan kepada teman-temanku tentang segala pengalaman yang mereka berikan. "Experince is the best teacher" Pengalaman adalah guru yang terbaik. Menatap masa depan, aku melangkah tanpa kepastian, dengan berbagai penawaran dan kesempatan, biarlah sang keberuntungan meraih dan menuntunku, dengan modal seadanya aku ingin yang luar biasa karena aku memiliki kebiasaan yang luar biasa dari sesuatu yang apa adanya. Aku bahagia dengan pengalaman itu. Raja atau Punggawa?????

0 comment:

Post a Comment

Harap tinggalkan komentar yang konstruktif sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan, dan jangan sampai bersifat sara, terima kasih.