Chapter 1
Kisah Kasih di Madrasah
Merona pagi dihiasi kilauan cahaya yang indah nan menawan, berkiaskan bingkai kehidupan dengan segala aktivitas. Burung-burung liar benyanyi dengan kicauan irama kesyahduan, mendendangkan tarian bergaya kepolosan, bagaikan penari balet yang sedang menampilkan gaya artistiknya di panggung kemewahan, dan bagaikan penyanyi idol yang sedang memberikan suara merdunya di tengah pertunjukan. Semut-semut berjalan berdesakan memperebutkan nafkah untuk membahagiakan sang ratu, bagaikan tentara yang sedang bertempur ditengah peperangan tanpa memikirkan kekalahan, hanya semangat pengabdian yang harus dituntaskan.
Semangat perjuangan merasuk kedalam darah dagingku yang bergelora ingin belajar menuntut ilmu, ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsaku. Dengan pacuan semangat kata-kata Sang proklamator, Presiden Soekarno “Berikan aku 7 pemuda, maka akan aku kuasai dunia”. Aku berjalan dengan langkah persatuan menuju Madrasahku tercinta. Semangat yang menggelora ditemani dendangan musik dengan suara seadanya yang berhiaskan melodi-melodi sumbang tak karuan lahir dari suara tanpa nadaku. Begitulah aku setiap paginya, anak sekolahan yang berangkat menuju tempat suci dalam memperoleh pendidikan.
Hari itupun, aku datang dengan tepat waktu ke Madrasahku sebagai seorang siswa yang rajin sekali turun pagi-pagi kesekolah, tidak lain dan tidak bukan sebenarnya untuk bisa bertemu dengan teman-teman sepermainan lebih cepat dan lebih pagi, bercanda gurau bersama, bercerita saling mengobrol kegiatan yang dilakukan dari hari ke hari, berbagi pengalaman hidup, serta melirik kesana kemari keadaan Madrasah kami dengan penuh senyum, canda dan tawa. Semangat dan niat untuk giat belajar yang tadinya aku dengungkan pun seolah berangsur-angsur terlupakan saat bercanda gurau bersama teman-teman ku itu sesampainya di Madrasah.
Aku tunjukkan PR-ku kepada salah satu temanku, seolah ingin menunjukkan kehebatanku telah mampu menguasai peradaban dunia dengan mengerjakan seluruh soal-soal tugas pelajaran sejarah yang diberikan guruku minggu sebelumnya. Itulah yang dapat aku banggakan kepada teman-temanku, ditengah forum rapat kehidupan pemuda yang ramai dihiasi instrupsi pengalaman pribadi masing-masing anggotanya. Tanpa pimpinan yang jelas, forum itupun ribut tak karuan sampai sang ratu konsumsi berteriak memutus letukan suara ricuh kami dengan tegasnya “Siapa yang tadi pesan nasi kuning iwak hantalu? Tumbur banar orang ikam ne, warung acil nie sasak dapatnya” begitulah acil warung Madrasah yang setiap pagi dengan acuh tak acuh bersedia mendengarkan keluh kesah dan cerita kami, tentunya dengan pelayanan jual beli makan yang disediakan, masuk gratis keluar bayar.
Setelah acil warung menyediakan seluruh pesanannya dengan tangan cakapnya. Salah seorang temanku yang penuh senyum manis namun kental aroma persaingan pun berdiri ditengah perkumpulan para siswa yang ramai bercerita sambil menikmati hidangan alakadarnya itu. Tanpa mengucapkan satu kata pun sebagai kata-kata pembuka khutbahnya, dia menunjukkan sebuah mini tape berwarna biru merona dengan tulisan besar ditengah badannya “SANYO”, merk tiruan SONY buatan Cina. Mini tape yang dapat memutar kaset, merekam suara dan mendengarkan radio itu pun menghipnotis pandangan dan pikiran kami. Gemuruh para tentara perjuangan di medan warung bersejarah pun terdiam sejenak melihat ke istimewaan senjata elektronik modern penghasil suara-suara merdu itu. Seolah menanti bunyi apa yang akan dihasilkannya. Lantunan musik apa yang akan didendangkannya. Dawaian gitar jenis apa yang akan dimainkannya.
Putaran tombol kecil dan tekanan tombol play akhirnya menuntaskan kedahagaan kami akan penasaran pikiran yang mendera sekitar satu menit sebelumnya. Suara merdu pun keluar dari mini tape itu, siaran langsung dari salah seorang penyiar radio ternama di kota kami “Radio Mentaya FM Sampit”, dengan program di pagi itu info seputar berita pagi kota Sampit dan sekitarnya. Setalah selesai dengan infonya, penyiar itu pun memutarkan sebuah tambang populer kepada seluruh pendengarnya. Sebuah lagu yang memang sering sekali kami dengar dan tentunya sering sekali diputarkan di beberapa stasiun radio di kota ku. Lantunan suara merdu dengan bayangan gadis cantik secantik suara yang menyanyikannya, membuat suara dari para siswa di warung Madrasah kami pun terabaikan kebisingannya. “Kisah Kasih di Sekolah” ituah judul dari lagu yang sedang kami dengarkan bersama-sama melalui mini tape tiruan tadi, dinyanyikan oleh seorang gadis cantik yang sering sekali tentunya kami lihat kecantikannya di sinetron terpopulernya “Kisah Kasih di Sekolah”, sama persis seperti judul lagu yang di nyanyikannya. Lagu yang sangat berkesan dalam pikiranku dan membangkitkan gairah keremajaanku sebagai seorang remaja yang ingin merasakan jatuh cinta.
*****
0 comment:
Post a Comment
Harap tinggalkan komentar yang konstruktif sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan, dan jangan sampai bersifat sara, terima kasih.