Catatanku
di Pare Kediri Part I :
“Awal Keberangkatan ke pare”
Pare, Just pare, not pare-pare di
daerah sulawesi sana, Kampoenk Inggris,
begitulah nama sebuah desa kecil di Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur ini
dikenal banyak orang dari seluruh penjuru Nusantara. Nama yang sangat mudah
diingat dan tentunya akan menimbulkan pemikiran bahwa ada sesuatu yang tak
biasa bahkan bisa dibilang luar biasa yang mungkin terdapat di desa itu.
Betul
saja, absolutly right...begitulah mungkin kata yang akan dikatakan oleh seseorang
yang datang ketempat itu. Seketika akan terjawab rasa penasaran yang
menghinggapinya saat berada ditengah-tengah para penuntut ilmu yang hilir mudik
dari satu tempat ke tempat lain dibeberapa jalan desa kecil itu. Beginikah
ternyata maksud dari panggilan cantik yang memukau perasaan, yang menimbulkan
gairah keingintahuan, yang mendatangkan banyak para pejuang, yang melahirkan banyak
ahli kebahasaan. Pare...
Banyak
cerita tentang pare, banyak pengalaman yang kan diraih di pare, dan yang
terpenting banyak ilmu yang akan diperoleh di pare. Begitulah awal
ketertarikanku akan daerah ini. Sering sekali teman-temanku, senior-senior ku
di kampus yang bercerita tentang daerah ini. Kesana kemari aku mencari
informasi tentang daerah ini, dari dunia nyata hingga ke dunia maya. Finally, I
found d information about this area. It made me more interested to come
there....How could it be?
It's d
story....
Keinginan sih ada, tapi apa daya belum
waktunya, begitulah akhirnya prinsipku saat memang kemampuanku tak ada untuk
mencapainya pada waktu itu, ngeles sih sebenarnya coz emang pada saat itu aku gak
bisa kesana...hee...
Bangku Kuliah telah aku selesaikan dengan
seadanya saja, dengan ilmu yang dipas-paskan saja. Kemudian akupun mencoba
peruntungan untuk ikut tes cpns walaupun akhirnya memang gak beruntung coz ya
emang gak beruntung...heee...
Melarikan
diri...berenang sambil menyelam, sambil mengambil terumbu
karang...heee...begitulah mungkin kondisi ku saat itu. Cepat-cepat aku
mengumpulkan informasi yang telah aku dapatkan tentang pare sebagai tempat
persinggahanku untuk mengumpulkan semangat baru ku lagi setelah mengalami
kegagalan kecil yang cukup membuatku takut...takut untuk ikut lagi...hee...
Setelah
informasi yang ku kumpulkan lengkap, jatuhlah pilihanku untuk kursus di salah
satu tempat kursus dari puluhan kursus yang ada di pare, Elfast course. Sebuah
kursus yang lebih memfokuskan pengajarannya pada English grammar (pada saat itu dengan pendirinya yang sangat terkenal di seantero kampoenk inggris itu,
Mr.Andre. Elfast course aku pilih karena memang pada saat itu aku sangat ingin
belajar lebih mendalam tentang grammar dan memang grammar ku ancur banget saat
kuliah...hee...Aku pun mencoba untuk menghubungi nomor telepon elfast office
yang terdapat di blog nya untuk memesan camp sebagai tempat tinggalku dan
program kursus yang ingin aku ambil selama belajar di pare.
Tips 1: buat teman-teman yang ingin ke
pare sebaiknya sebelum kesana sudah mencari informasinya dengan lengkap, baik
dari teman, kerabat, ataupun internet. Biar saat di pare sedikit banyak sudah
bisa membayangkan bagaimana nanti menjalani proses belajar belajar disana. Beberapa
kursusan memang sudah ada memiliki blog, situs, fb, dan infomasinya di
internet. Jadi lumayan bisa dijadikan panduan.
Bergegas
aku mempersiapkan keberangkatanku ke pare. Dengan bekal seadanya, dengan uang
pas-pasan. Aku beranikan diriku untuk pergi ke pulau Jawa, maklum aku kan gak
dipulau jawa tapi kalimantan...hee...Sampit-Surabaya-Pare...itulah rute perjalananku
di awal keberangkatan ku ke pare.
Sampit,
setelah aku tiba disampit, salah satu kota di kalimantan tengah yang dulunya
sangat terkenal karena ada konflik antar etnis, aku memutuskan untuk naik kapal
laut coz biayanya memang jauh lebih murah dari pada naik pesawat, selisihnya
sampai 500rb.
Pada
tanggal 22 desember 2010, itulah awal keberangkatanku dari sampit ke surabaya.
Sendiri...sendirian tanpa siapapun yang menemaniku. Dengan pikiran yang
menerawang kesana kemari membayangkan bagaimana kehidupanku nantinya di pare.
Surabaya,
tepat 24 jam perjalanan laut dengan kapal swasta pada waktu itu, akupun tiba di
surabaya, ibukota provinsi jawa timur. Pada waktu itu tiba-tiba keluargaku
menelpon agar aku menghubungi julak ku (Paman tertua dari urutan keluarga
ibuku-bahasa banjar). Tak kusangka dan tak ku duga ternyata aku dijemput di
pelabuhan surabaya oleh julak ku, walaupun sebenarnya aku tidak mau merepotkan
beliau pada waktu itu, tapi akhirnya ya merepotkan juga. Tengah
malam yang dingin di pelabuhan aku dijemput oleh beliau bersama anaknya dengan
menggubakan mobil pick up beliau...hee...makasih ya my oldest uncle...
Tips 2: Ijin dulu sebelum berangkat
sama sanak keluarga sehingga nanti mudah minta bantuan kalau sudah dalam perjalanan.
Siapa tahu nanti keluarga bisa mengantarkan ketujuan ataupun bisa memberikan
petunjuk lebih mudah untuk sampai ketujuan.
Rencana
ku pun berubah, sebenarnya setelah sampai di pelabuhan aku mau naik bis ke
terminal purabaya surabaya tapi karena dijemput jadinya ya ikut...heeee....
Setelah
satu hari nginap di tempat julak ku, akupun minta petunjuk untuk diantarkan ke
terminal. Dengan sigap istri beliau mengantarkan aku ke terminal sambil
memberikan wajengan tentang bagaimana kalau dalam perjalanan sendiri di jawa
itu harus hati-hati dan jangan mudah di calo...hee...makasih my beloved oldest
aunt...
Sesampainya
di terminal aku langsung menuju bis ekonomi sesuai instruksi julak ku, tanpa
pandang para calo aku masuk aja ke dalam bis yang tertulis di depannya "pare
kediri". Duduk tenang sambil toleh kanan kiri, betapa padatnya terminal ini,
betapa banyaknya orang disini, jauh sekali dengan daerah ku yang memang masih
kampung kecil di pedalaman kalimantan. Senang bercampur semangat yang menderaku
pada saat itu. Seolah-olah menunjukkan bahwa aku harus tambah semangat untuk
menghadapi jalan hidup yang penuh rintangan ini.
Bis pun
berjalan dengan teratur menuju tempat tujuan, dengan sigap aku beritahu kondektur bis kalau aku pengen ke pare, "turun di simpang empat tuleng rejo,
kampoenk inggris." Kondektur nya ngejawab “BEC ya mas? Nanti saya ingatkan kalau
sudah sampai.” Pada saat itu aku sih bingung tapi iya-iya aja, ternyata memang
di saat perjalanan para kondektur bis sudah mengerti kalau ada yang ke pare
rata-rata pengen kursus dan kebanyakan mereka lebih akrab dengan panggilan BEC
sebagai tempat kursusnya karena memang BEC kursusan tertua di kampoenk inggris
itu.
Tips 3: Berhati-hatilah selama
perjalanan. Hati-hati sama calo, pencuri, perampok dan lain-lain. Perhatikan dengan
teliti barang-barang mu dan orang sekitarmu.
Was-was
dan gelisah campur aduk di pikiranku, kapan sampainya di simpang empat tuleng
rejo, tempat pemberhentian ku. Dengan tidak sabar aku bertanya kembali
kepada kondektur bis “belum ya simpang empat tuleng rejonya pak?” “belum” kata
beliau. Setelah hampir 2 jam lebih perjalanan kondektur itupun berteriak, “Rejo...rejo...”
dengan sigap aku mendatanginya, “ini ya pak simpang empat tuleng rejonya?” “Iya
didepan” jawabnya.
Tredenngggggg...Sampailah
aku di pare, di persimpangan jalan, simpang empat tuleng rejo, sesuai dengan
informasi yang aku dapatkan sebelumnya melalui internet tentang rute perjalananku.
Berhenti
sejenak aku dipersimpangan itu sambil menenangkan pikiranku yang tadinya
was-was karena terlalu lama memikirkan kapan sampainya. Aku memandang
sekelilingku di persimpangan itu, banyak sekali becak yang menunggu penumpang,
para pejuang ilmu yang datang. Dengan sigap dan ramah para tukang becak itu
menawarkan servis-nya kepada para pendatang, tujuan pun ditanyakan dengan
memperkenalkan beberapa kursusan yang siap menjadi bahan pertimbangan selama
dalam becak kenangan. Hee....
Tips 4: Perhatikan selalu rute
perjalanan yang sudah direncanakan sebelumnya. Sesuaikan dengan kondisi yang
ada saat perjalanan namun pertimbangan dengan cepat dan
akurat...temabak....hee...
Begitulah simpang empat tuleng rejo, sesuai
dengan informasi yang aku perloeh kalau memang banyak becak yang menunggu
disitu untuk mengantarkan para wisatawan kampoenk inggris ketujuannya...hee...
Sesuai
dengan instruksi dari informasi yang aku dapat kita harus menawar sebisanya
dengan para tukang becak, karena ada juga tukang becak yang bisa memberikan
harga yang terlampau mahal untuk servis-nya (kesempatan dalam kesulitan)
hee...7-10rb itulah ongkos tarif yang biasanya diberikan oleh para tukang becak
untuk mengantarkan ke tempat kursusan yang dituju. Entah kalu sekarang berapa,
mungkin ongkosnya bisa turun naik dipengaruhi oleh nilai tukar uang, sikon,
ataupun harga emas...hee...jauh banget ya hubunganya...tapi tetep...yang paling
mempengaruhinya ialah tawar menawar...hee...
Tips 5: Pandai-pandai lah kau menawar.
He...jadi kita bisa mendapatkan harga yang ikhlas untuk kita dan ikhlas untuk
tukang becak nya...
Sing: “Naik
becak ke kampoek inggris...rame-rame sekali...kiri kanan kulihat saja banyak
tempat kursusan..hahan...kiri-kanan kulihat saja banyak para pejuang...hehe...”
nada naik-naik kepuncak gunung...
Selama
perjalanan menuju tempat kursusan, paman tukang becak menceritakan secara
singkat dan lugas tentang kondisi pare, tempat kursusan, dan kehidupan di pare
kepada ku, sedikit banyak aku mendapat pengetahuan lebih dari orang pribumi
(asli dari pare maksudnya) mengenai daerahnya. Awal cerita sih dimulai dengan
pertanyaan atraktif beliau, “dari mana dan mau kursus dimana”. Bahasa jawa yang
pas-pas pun aku gunakan untuk menjawab pertanyaan itu, seolah-olah ingin
mengungkapkan bahwa aku bukan orang jauh dan sudah lama akrab dengan kondisi di
jawa...hee...padahal emank jauh dan gak bisa ngomong bahasa jawa...hee...
Tips 6: Kalau kau punya keahlian bahasa
jawa yang baik dan pas-pas an, monggo di keluarkan, biar ngomongnya sedikit
nyambung...hee...jangan malu bertanya nanti sesat di dalam becak...wkwkwkwk
Cerita
singkat dalam becak kenangan itupun berakhir di sebuah jalan kecil di depan
sebuah tempat kursusan. Betul saja...akibat cerita yang nyambung antara aku dan
tukang becak itu, beliau mengantarkanku ketempat tujuan dengan tepat. Beliau mengantarkan
aku langsung ke depan elfast office...mantap banget... banyak ternyata orang
yang diantar tidak langsung kedepan office nya karena office elfast pada waktu
itu berada di belakang tempat belajarnya. Terima kasih bapak tukang becak atas
bantuanya...
Tips 7: Ingatlah untuk selalu bersyukur
dan berterima kasih karena bisa melalui perjalanan dengan selamat.
Akhirnya aku berada di pare, kampoenk inggris,
di depan kursusan yang aku tuju, Elfast course. Begitulah awal keberangkatan ku
ke pare kediri part 1...
2 b continue...
Rute Perjalanan:
Sampit-Surabaya-Pare
1.
Naik kapal dari sampit ke surabaya : ± Rp.175.000,-
2.
Naik bis/angkot dari pelabuhan ke terminal bungur asih/purabaya
: ± Rp.10.000,-
3.
Naik bis dari terminal surabaya ke pare : ± Rp.13.000,-
4.
Naik becak dari simpang empat tuleng rejo ke tempat kursusan : ± Rp.8.000,-
5.
Ongkos makan selama perjalanan : ± Rp. 50.000,-
6.
Total biaya selama perjalanan dari kalimantan ke jawa : ± Rp.260.000,-
0 comment:
Post a Comment
Harap tinggalkan komentar yang konstruktif sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan, dan jangan sampai bersifat sara, terima kasih.