Subscribe:

Labels

Monday, September 05, 2011

Awal Keberangkatan ke Pare


Catatanku di Pare Kediri Part I :
“Awal Keberangkatan ke pare”

Pare, Just pare, not pare-pare di daerah sulawesi sana, Kampoenk Inggris, begitulah nama sebuah desa kecil di Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur ini dikenal banyak orang dari seluruh penjuru Nusantara. Nama yang sangat mudah diingat dan tentunya akan menimbulkan pemikiran bahwa ada sesuatu yang tak biasa bahkan bisa dibilang luar biasa yang mungkin terdapat di desa itu.
Betul saja, absolutly right...begitulah mungkin kata yang akan dikatakan oleh seseorang yang datang ketempat itu. Seketika akan terjawab rasa penasaran yang menghinggapinya saat berada ditengah-tengah para penuntut ilmu yang hilir mudik dari satu tempat ke tempat lain dibeberapa jalan desa kecil itu. Beginikah ternyata maksud dari panggilan cantik yang memukau perasaan, yang menimbulkan gairah keingintahuan, yang mendatangkan banyak para pejuang, yang melahirkan banyak ahli kebahasaan. Pare...
Banyak cerita tentang pare, banyak pengalaman yang kan diraih di pare, dan yang terpenting banyak ilmu yang akan diperoleh di pare. Begitulah awal ketertarikanku akan daerah ini. Sering sekali teman-temanku, senior-senior ku di kampus yang bercerita tentang daerah ini. Kesana kemari aku mencari informasi tentang daerah ini, dari dunia nyata hingga ke dunia maya. Finally, I found d information about this area. It made me more interested to come there....How could it be?
It's d story....


Keinginan sih ada, tapi apa daya belum waktunya, begitulah akhirnya prinsipku saat memang kemampuanku tak ada untuk mencapainya pada waktu itu, ngeles sih sebenarnya coz emang pada saat itu aku gak bisa kesana...hee...
   Bangku Kuliah telah aku selesaikan dengan seadanya saja, dengan ilmu yang dipas-paskan saja. Kemudian akupun mencoba peruntungan untuk ikut tes cpns walaupun akhirnya memang gak beruntung coz ya emang gak beruntung...heee...
Melarikan diri...berenang sambil menyelam, sambil mengambil terumbu karang...heee...begitulah mungkin kondisi ku saat itu. Cepat-cepat aku mengumpulkan informasi yang telah aku dapatkan tentang pare sebagai tempat persinggahanku untuk mengumpulkan semangat baru ku lagi setelah mengalami kegagalan kecil yang cukup membuatku takut...takut untuk ikut lagi...hee...
Setelah informasi yang ku kumpulkan lengkap, jatuhlah pilihanku untuk kursus di salah satu tempat kursus dari puluhan kursus yang ada di pare, Elfast course. Sebuah kursus yang lebih memfokuskan pengajarannya pada English grammar (pada saat itu  dengan pendirinya yang sangat terkenal di seantero kampoenk inggris itu, Mr.Andre. Elfast course aku pilih karena memang pada saat itu aku sangat ingin belajar lebih mendalam tentang grammar dan memang grammar ku ancur banget saat kuliah...hee...Aku pun mencoba untuk menghubungi nomor telepon elfast office yang terdapat di blog nya untuk memesan camp sebagai tempat tinggalku dan program kursus yang ingin aku ambil selama belajar di pare.
Tips 1: buat teman-teman yang ingin ke pare sebaiknya sebelum kesana sudah mencari informasinya dengan lengkap, baik dari teman, kerabat, ataupun internet. Biar saat di pare sedikit banyak sudah bisa membayangkan bagaimana nanti menjalani proses belajar belajar disana. Beberapa kursusan memang sudah ada memiliki blog, situs, fb, dan infomasinya di internet. Jadi lumayan bisa dijadikan panduan.
Bergegas aku mempersiapkan keberangkatanku ke pare. Dengan bekal seadanya, dengan uang pas-pasan. Aku beranikan diriku untuk pergi ke pulau Jawa, maklum aku kan gak dipulau jawa tapi kalimantan...hee...Sampit-Surabaya-Pare...itulah rute perjalananku di awal keberangkatan ku ke pare.
Sampit, setelah aku tiba disampit, salah satu kota di kalimantan tengah yang dulunya sangat terkenal karena ada konflik antar etnis, aku memutuskan untuk naik kapal laut coz biayanya memang jauh lebih murah dari pada naik pesawat, selisihnya sampai 500rb.
Pada tanggal 22 desember 2010, itulah awal keberangkatanku dari sampit ke surabaya. Sendiri...sendirian tanpa siapapun yang menemaniku. Dengan pikiran yang menerawang kesana kemari membayangkan bagaimana kehidupanku nantinya di pare.
Surabaya, tepat 24 jam perjalanan laut dengan kapal swasta pada waktu itu, akupun tiba di surabaya, ibukota provinsi jawa timur. Pada waktu itu tiba-tiba keluargaku menelpon agar aku menghubungi julak ku (Paman tertua dari urutan keluarga ibuku-bahasa banjar). Tak kusangka dan tak ku duga ternyata aku dijemput di pelabuhan surabaya oleh julak ku, walaupun sebenarnya aku tidak mau merepotkan beliau pada waktu itu, tapi akhirnya ya merepotkan juga. Tengah malam yang dingin di pelabuhan aku dijemput oleh beliau bersama anaknya dengan menggubakan mobil pick up beliau...hee...makasih ya my oldest uncle...
Tips 2: Ijin dulu sebelum berangkat sama sanak keluarga sehingga nanti mudah minta bantuan kalau sudah dalam perjalanan. Siapa tahu nanti keluarga bisa mengantarkan ketujuan ataupun bisa memberikan petunjuk lebih mudah untuk sampai ketujuan.
Rencana ku pun berubah, sebenarnya setelah sampai di pelabuhan aku mau naik bis ke terminal purabaya surabaya tapi karena dijemput jadinya ya ikut...heeee....
Setelah satu hari nginap di tempat julak ku, akupun minta petunjuk untuk diantarkan ke terminal. Dengan sigap istri beliau mengantarkan aku ke terminal sambil memberikan wajengan tentang bagaimana kalau dalam perjalanan sendiri di jawa itu harus hati-hati dan jangan mudah di calo...hee...makasih my beloved oldest aunt...
Sesampainya di terminal aku langsung menuju bis ekonomi sesuai instruksi julak ku, tanpa pandang para calo aku masuk aja ke dalam bis yang tertulis di depannya "pare kediri". Duduk tenang sambil toleh kanan kiri, betapa padatnya terminal ini, betapa banyaknya orang disini, jauh sekali dengan daerah ku yang memang masih kampung kecil di pedalaman kalimantan. Senang bercampur semangat yang menderaku pada saat itu. Seolah-olah menunjukkan bahwa aku harus tambah semangat untuk menghadapi jalan hidup yang penuh rintangan ini.
Bis pun berjalan dengan teratur menuju tempat tujuan, dengan sigap aku beritahu kondektur bis kalau aku pengen ke pare, "turun di simpang empat tuleng rejo, kampoenk inggris." Kondektur nya ngejawab “BEC ya mas? Nanti saya ingatkan kalau sudah sampai.” Pada saat itu aku sih bingung tapi iya-iya aja, ternyata memang di saat perjalanan para kondektur bis sudah mengerti kalau ada yang ke pare rata-rata pengen kursus dan kebanyakan mereka lebih akrab dengan panggilan BEC sebagai tempat kursusnya karena memang BEC kursusan tertua di kampoenk inggris itu.
Tips 3: Berhati-hatilah selama perjalanan. Hati-hati sama calo, pencuri, perampok dan lain-lain. Perhatikan dengan teliti barang-barang mu dan orang sekitarmu.
Was-was dan gelisah campur aduk di pikiranku, kapan sampainya di simpang empat tuleng rejo, tempat pemberhentian ku. Dengan tidak sabar aku bertanya kembali kepada kondektur bis “belum ya simpang empat tuleng rejonya pak?” “belum” kata beliau. Setelah hampir 2 jam lebih perjalanan kondektur itupun berteriak, “Rejo...rejo...” dengan sigap aku mendatanginya, “ini ya pak simpang empat tuleng rejonya?” “Iya didepan” jawabnya.
Tredenngggggg...Sampailah aku di pare, di persimpangan jalan, simpang empat tuleng rejo, sesuai dengan informasi yang aku dapatkan sebelumnya melalui internet tentang rute perjalananku.
Berhenti sejenak aku dipersimpangan itu sambil menenangkan pikiranku yang tadinya was-was karena terlalu lama memikirkan kapan sampainya. Aku memandang sekelilingku di persimpangan itu, banyak sekali becak yang menunggu penumpang, para pejuang ilmu yang datang. Dengan sigap dan ramah para tukang becak itu menawarkan servis-nya kepada para pendatang, tujuan pun ditanyakan dengan memperkenalkan beberapa kursusan yang siap menjadi bahan pertimbangan selama dalam becak kenangan. Hee....
Tips 4: Perhatikan selalu rute perjalanan yang sudah direncanakan sebelumnya. Sesuaikan dengan kondisi yang ada saat perjalanan namun pertimbangan dengan cepat dan akurat...temabak....hee...
 Begitulah simpang empat tuleng rejo, sesuai dengan informasi yang aku perloeh kalau memang banyak becak yang menunggu disitu untuk mengantarkan para wisatawan kampoenk inggris ketujuannya...hee...
Sesuai dengan instruksi dari informasi yang aku dapat kita harus menawar sebisanya dengan para tukang becak, karena ada juga tukang becak yang bisa memberikan harga yang terlampau mahal untuk servis-nya (kesempatan dalam kesulitan) hee...7-10rb itulah ongkos tarif yang biasanya diberikan oleh para tukang becak untuk mengantarkan ke tempat kursusan yang dituju. Entah kalu sekarang berapa, mungkin ongkosnya bisa turun naik dipengaruhi oleh nilai tukar uang, sikon, ataupun harga emas...hee...jauh banget ya hubunganya...tapi tetep...yang paling mempengaruhinya ialah tawar menawar...hee...
Tips 5: Pandai-pandai lah kau menawar. He...jadi kita bisa mendapatkan harga yang ikhlas untuk kita dan ikhlas untuk tukang becak nya...

Sing: “Naik becak ke kampoek inggris...rame-rame sekali...kiri kanan kulihat saja banyak tempat kursusan..hahan...kiri-kanan kulihat saja banyak para pejuang...hehe...” nada naik-naik kepuncak gunung...
Selama perjalanan menuju tempat kursusan, paman tukang becak menceritakan secara singkat dan lugas tentang kondisi pare, tempat kursusan, dan kehidupan di pare kepada ku, sedikit banyak aku mendapat pengetahuan lebih dari orang pribumi (asli dari pare maksudnya) mengenai daerahnya. Awal cerita sih dimulai dengan pertanyaan atraktif beliau, “dari mana dan mau kursus dimana”. Bahasa jawa yang pas-pas pun aku gunakan untuk menjawab pertanyaan itu, seolah-olah ingin mengungkapkan bahwa aku bukan orang jauh dan sudah lama akrab dengan kondisi di jawa...hee...padahal emank jauh dan gak bisa ngomong bahasa jawa...hee...
Tips 6: Kalau kau punya keahlian bahasa jawa yang baik dan pas-pas an, monggo di keluarkan, biar ngomongnya sedikit nyambung...hee...jangan malu bertanya nanti sesat di dalam becak...wkwkwkwk
Cerita singkat dalam becak kenangan itupun berakhir di sebuah jalan kecil di depan sebuah tempat kursusan. Betul saja...akibat cerita yang nyambung antara aku dan tukang becak itu, beliau mengantarkanku ketempat tujuan dengan tepat. Beliau mengantarkan aku langsung ke depan elfast office...mantap banget... banyak ternyata orang yang diantar tidak langsung kedepan office nya karena office elfast pada waktu itu berada di belakang tempat belajarnya. Terima kasih bapak tukang becak atas bantuanya...
Tips 7: Ingatlah untuk selalu bersyukur dan berterima kasih karena bisa melalui perjalanan dengan selamat.
 Akhirnya aku berada di pare, kampoenk inggris, di depan kursusan yang aku tuju, Elfast course. Begitulah awal keberangkatan ku ke pare kediri part 1...
2 b continue...

Rute Perjalanan:
Sampit-Surabaya-Pare
1.     Naik kapal dari sampit ke surabaya : ± Rp.175.000,-
2.     Naik bis/angkot dari pelabuhan ke terminal bungur asih/purabaya : ± Rp.10.000,-
3.     Naik bis dari terminal surabaya ke pare : ± Rp.13.000,-
4.     Naik becak dari simpang empat tuleng rejo ke tempat kursusan : ± Rp.8.000,-
5.     Ongkos makan selama perjalanan : ± Rp. 50.000,-
6.     Total biaya selama perjalanan dari kalimantan ke jawa : ± Rp.260.000,-

0 comment:

Post a Comment

Harap tinggalkan komentar yang konstruktif sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan, dan jangan sampai bersifat sara, terima kasih.