Aku awali hari dengan biasa-biasa saja. Memandang keluar jendela melihat alam sekeliling yang cerah merona bagaikan menertawakan sang hamba sahaya yang baru bangun dari tidurnya. Aku bersegera beraktivitas bersiap-siap untuk pergi ke kampus yang akan segera aku tinggalkan.
KAMPUS HIJAU, itulah istilah Kampusku, STAIN Palangkaraya, aku pun masih merasa sebagai mahasiswa aktif walaupun sebenarnya aku sudah tidak berkuliah lagi karena baru lulus setelah 4,5 tahun berkutat dengan buku, dosen, teman-teman, lingkungan, dan pengalaman di kampusku tercinta.
Hari ini aku bergegas kekampus untuk mengurus photocopy ijazahku. Dengan langkah yang berat setelah hari sebelumnya merasakan kelelahan yang sangat karena baru datang dari Kota Sampit, mengikuti pertandingan bulutangkis dadarkan yang akhirnya berhasil menelan kekalahan bahkan mengalami cedera berkepanjangan, serta jalan-jalan keliling kota tanpa tujuan dengan teman yang setia bercerita dan berbagi pengalaman. Aku awali langkahku menuju rental engetikan abang sepupuku, Yusri, rental CAT.COM. Rasa letih dan lelah pun menghinggapiku walaupun hanya berjalan beberapa meter dari rumahku, kuputuskan untuk meminjam motor abangku yang belum panas dan mau dipanasi. Namun, setelah sampai dikampus dengan perasaan yang agak was-was dan senyum yang dipaksakan, ternyata photocopy ijazahku belum bisa diambil, bahkan ijazah yang aslinya saja ternyata masih belum ditanda tangani. Jadinya aku harus menunggu beberapa waktu. Dengan hati yang cukup sedih dan berharap banyak, akupun menyusun rencana untuk menonton ke bioskop, bahasa kerennya sih pergi ke Palangkaraya Mall, kebetulan aku dan temanku (saiful) belum menonton film "Sang Pencerah" yang katanya sih rame dan sedang ramai dibicarakan pada saat itu.
Hari Jum'at itu pun akhirnya kami berdua pergi menonton film yang kami rencanakan, setalh pulang dari masjid tanpa mengganti pakaian dan berhasil menjual sebuah modem kepada salah seorang teman kami. Kami melaju ke Palma dan tiba 3 menit pada saat film "Sang Pencerah" telah dimulai. Berada di kursi yang paling belakang, perasaan hati cukup tenang karena ternyata penontonnya haya sedikit; dengan hati yang gembira karena akhirnya bisa menonton di bioskop lagi setelah sekian lama; dan dengan hati yang deg-degkan karena menonton film yang ternyata sangat memberikan banyak pengetahuan dan nilai sejarah yang berharga.
Berjalan ke masa lalu, itulah kesan yang aku rasakan saat menonton film Sang Pencerah. Seolah-olah aku berada di masa kerajaan jogjakarta di zaman yang kental sekali dengan budaya dan kehidupan beragama. Kehidupan masa lalu yang sangat bersahaja, alami, dan apa adanya menjadika film sang pencerah mengajak penontonnya untuk benar-benar kembali ke masa lalu untuk mengungkap sejarah tentang seorang pendiri suatu organisasi atau perkumpulan yang sangat terkenal di Indonesia, Muhammadiyah.
Saat menonton film ini, ternyata dapat membuka pemikiran dan menambah pengetahuan tentang karakter seorang pencerah, Muhammad Darwis dengan nama Arab beliau Ahmad Dahlan, sang pendiri perkumpulan Muhammadiyah. Penampilan berbagai tokoh-tokoh terkenal di Indonesia menghiasi peran-peran dalam film ini.
Setelah sekian lama menonton sambil sesekali berdiskusi tentang film dan karakter di dalam film sang pencerah, pelajaran pertama yang aku dapat kan ialah ternyata Muhammadiyah bukanlah suatu aliran agama di dalam agama Islam, seperti yang dahulunya aku pikirkan dan yang banyak dipercayai oleh masyarakat di di kampung dan kotaku. Muhammadiyah ternyata ialah suatu perkumpulan yang menitikberatkan pada Pendidikan dan Kesehatan namun berciri khaskan Islam, yang memang lebih berpandangan kepada pemikiran tokoh Islam timur tengah, Muhammad Abduh dan (lupa deh nama beliau) yang membawa pembaharuan di dunia Islam dengan keterbukaannya dan ketidak kolotannya dalam menjalankan agama. Pelajaran kedua yang aku dapatkan ialah ternyata memang istiqomah dan istri yang sholehah harus dimiliki oleh seorang pemimpin diri, umat, maupun suatu organisasi. Tabah menghadapi cobaan, fitnah, bahaya, dan hal-hal buruk lainnya dengan terus beikhtiar kepada Allah SWT. Pelajaran ketiga ialah keterbukaan tidaklah harus meninggalkan kekolotan, namun bersinergi dengan keadaan sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga tidak tertinggal dengan perkembangan itu sendiri.
Banyak kesan dan pesan yang sebanarnya ingin aku tuliskan menyangkut film sang pencerah namun untuk singkat kata, pesanku hanya "Aku ingin Islam lebih maju dengan keterbukaan yang bersifat positif, menjadikan Islam trand masa kini dan lebih berani menunjukkan eksistensinya daripada sebelumnya".
Kembali ke masa lalu untuk mengambil pengalaman dan menerapkannya dimasa sekarang, dikehidupanku.
Kuakhiri hariku ini dengan sebelumnya pulang kerumahku yang sabak dan behamburan (banjar abis tuh) dan kemudian kutulis catatan ini di blogku tercinta.
0 comment:
Post a Comment
Harap tinggalkan komentar yang konstruktif sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan, dan jangan sampai bersifat sara, terima kasih.