SARJANA, suatu istilah di bidang pendidikan yang menyatakan bahwa seseorang telah menempuh suatu pendidikan melalui suatu proses dari awal sampai akhir sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sehingga diberi gelar dengan title-title tertentu.
SARJANA, banyak istilah yang berkembang di masyarakat tentang sarjana, ada sarjana pendidikan, sarjana ekonomi, sarjana agama, dan lain-lain; bahkan ada juga sarjana oejek (ngeyel).
Banyak orang yang mungkin setuju ataupun tidak dengan judul diatas, title sarjana belum tentu menjamin kesuksesan seseorang. Di era globaliasai, abad 21 ini, mungkin kita sudah tidak heran lagi dengan banyaknya sarjana dengan berbagai kemampuan, pengetahuan, dan title yang berbeda-beda. tidak seperti 10 atau 20 tahun yang lalu, yang mana masih sedikit sekali sarjana yang telah menyelesaikan study-nya dan berkecimpung di masyarakat. Sekarang jumlah sarjana terutama di Indonesia sudah bagaikan ombak dilautan...banyak...terbentang luas dimana-mana, namun mudah terhempas ketepian.
Banyak orang tua ingin anaknya menjadi sarjana, karena katanya setelah sarjana maka dapat melamar pekerjaan dengan mudah, masa depan akan cerah, duit akan melimpah. Benarkah??? Mungkin banyak orang yang berkata benar, mungkin juga banyak yang berkata belum tentu, dan hanya sedikit yang menurut saya akan berkata salah.
Sebenarnya di masyarakat bukan sarjana atau title-nya yang menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, namun yang kemampuan, pengetahuan, kedewasaan, pola pikir, dan tuntutan yang menjadi poin plus seorang sarjana.
Peluang kerja dari masa kemasa semakin sulit dicari, tingkat dan kualitas pendidikan calon pelamar kerja pun makin ditingkatkan, kalau 10-15 tahun yang lalu untuk mendaftar menjadi pegawai di instansi-instansi tertentu hanya diperlukan ijazah SMP atau SMA, sekarang sudah ditingkatkan harus berijazah minimal S1. Ini membuktikan bahwa tuntutan zaman dan masyarakat sekarang ini sangat tinggi.
Namun, apakah seorang sarjana mampu bersaing di masyarakat dan meraih sukses? Hal ini menjadi tantangan yang menjadi tuntutan bagi para sarjana. Banyak sarjana dengan kemampuan, pengetahuan, pola pikir, dan kerja keras akhirnya dapat berhasil menjadi seseorang yang dianggap sukses, dengan menempati berbagai jabatan, kedudukan, harta yang melimpah, pekerjaan yang banyak dengan menggunakan segala kemampuannya tersebut. memang sudah seharusnya para sarjana mampu menerapkan berbagai keahliannya dimasyarakat.
Namun sekarang ini, banyak sarjana pengangguaran dan penyakitan(SPP) yang tidak mampu menerapkan ilmu dan kemampuannya serta tidak mampu bersaing di tengah masyarakat, dengan berbagai alasan, terutama sekali alasan 'pengalaman'. Banyak sarjana yang hanya belajar secara teori namun sedikit praktek yang kemudian kurang sekali pengalaman dalam penerapan ilmu dan kemampuannya. Sehingga malah kalah bersaing dengan orang-orang yang tidak sarjana namun kaya pengalaman di bidang-bidang tertentu walaupun tanpa title sarja tersebut.
Suatu title sarjana sebenarnya hanya gelar/lambang yang untuk mengesahkan seseorang sebagai suatu ahli dalam membidangi suatu bidang, namun bukan mengesahkan kesuksesan seseorang dalam menjalani kehidupannya nanti bermasyarakat. Dilema yang terjadi sekarang ialah banyaknya sarjana agama namun tidak ahli agama, banyaknya sarjana pendidikan namun tidak ahli dibidang pendidikan, banyaknya sarjana ekonomi namun terlalu ahli dalam ekonomi pribadi, banyaknya sarjana hukum namun suka menghukum orang-orang yang tidak ahli; kesemuanya itu ialah tantangan seorang sarjana, tidak cukup hanya dengan title yang mengesahkan keahliannya, namun penerapan kemampuan, ilmu, moral, pola pikir, dan pengalaman yang seharusnya terangkum menjadi satu kesatuan untuk meraih title sarjana sukses.
Title sarjana belum tentu menjamin kesusksesan seseorang, namun itu ialah salah satu jalan kesuksesan seseorang.
0 comment:
Post a Comment
Harap tinggalkan komentar yang konstruktif sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan, dan jangan sampai bersifat sara, terima kasih.