Seorang anak lahir kedunia dengan kodratnya, menjadi manusia. Seorang anak yang lahir dari rahim seorang ibu yang selalu menyayanginya. Seorang anak biasa dengan tangisnya yang menggugah dunia, meredakan hujan yang deras, membuat malam bertabur bintang dengan ditemani bulan yang bersinar terang menyapa keheningan malam. Seorang anak yang suci membawa kedamaian, menghiasi senyum di bibir sang penyambut penerus generasi kehidupan. Seorang anak yang menangis dengan keagungan bunyi kelahiran, penyejuk hati insan karena suara kesucian.
Suatu ketika, seorang anak manusia, yang lahir dengan biasa sebagai seorang anak yang biasa bermimpi untuk menjadi seseorang yang sesuai keinginannya. Bermimpi ingin mencapai keinginan dunia yang sudah direncanakannya. Bermimpi ingin menjadi, seperti, seandainya, nantinya, akan datang, akan seperti ini dan itu. Mimpi yang ingin diubah menjadi kenyataan di dunia yang nyata ini. Mimpi yang sebelumnya merupakan hayalan yang nantinya hanya berupa hasrat yang nisbi.
Anak manusia, memikul tanggung jawab menjalani kehidupannya yang hanya sementara ini. Menanggung resah dan gelisah, kebahagiaan dan kesedihan, sakit dan sehat. Merona bibir pagi hari yang cerah melihat masa depan anak manusia yang penuh semangat, seolah ingin menyanyikan lagu-lagu kebahagian dan harapan pencapaian dukungan.
Puing-puing kehidupan dihadapan sang anak manusia. Kiasan-kiasan lukisan alam membentang mengajarkannya berbagai pengetahuan. Lantunan merdu dari penduduk alam, seolah memberi warna dalam kehidupan. Anak manusia yang dulunya hanya segumpal tanah dan daging tersebutpun tumbuh berkembang. Otak dari akal yang berpikir. Mata bercahaya melihat guratan takdir. Hidup mengecap bau kehinaan dunia dan keharuman surga. Telinga mendengar nyanyian merdu serdadu alam raya. Semua tubuh bergerak, berdoa, berusaha, seolah mengatakan kepada alam semesta, akulah anak yang bermimpi kepada dunia yang hanya sementara. Keistimewaan diberikan kepadanya, keindahan diberikan untuk mendampinginya, kesempurnaan sebagai hal biasa yang dianugerahkan kepadanya. Anak manusia bermimpi untuk dunia.
Aku berpikir sejauh apa aku akan melangkah didunia ini?
Aku berpikir akan menjadi apa manusia seperti aku di dunia ini?
Aku berpikir aku pasti akan kembali kepada ketiadaan?
Aku berpikir apakah aku ada kembali saat ketiadaan nantinya?
Aku berpikir aku sekarang anak manusia yang lahir di sesuatu yang nyata?
Aku ada, sekarang, disini, berpikir.
Anak manusia, memikul tanggung jawab menjalani kehidupannya yang hanya sementara ini. Menanggung resah dan gelisah, kebahagiaan dan kesedihan, sakit dan sehat. Merona bibir pagi hari yang cerah melihat masa depan anak manusia yang penuh semangat, seolah ingin menyanyikan lagu-lagu kebahagian dan harapan pencapaian dukungan.
Puing-puing kehidupan dihadapan sang anak manusia. Kiasan-kiasan lukisan alam membentang mengajarkannya berbagai pengetahuan. Lantunan merdu dari penduduk alam, seolah memberi warna dalam kehidupan. Anak manusia yang dulunya hanya segumpal tanah dan daging tersebutpun tumbuh berkembang. Otak dari akal yang berpikir. Mata bercahaya melihat guratan takdir. Hidup mengecap bau kehinaan dunia dan keharuman surga. Telinga mendengar nyanyian merdu serdadu alam raya. Semua tubuh bergerak, berdoa, berusaha, seolah mengatakan kepada alam semesta, akulah anak yang bermimpi kepada dunia yang hanya sementara. Keistimewaan diberikan kepadanya, keindahan diberikan untuk mendampinginya, kesempurnaan sebagai hal biasa yang dianugerahkan kepadanya. Anak manusia bermimpi untuk dunia.
Aku berpikir sejauh apa aku akan melangkah didunia ini?
Aku berpikir akan menjadi apa manusia seperti aku di dunia ini?
Aku berpikir aku pasti akan kembali kepada ketiadaan?
Aku berpikir apakah aku ada kembali saat ketiadaan nantinya?
Aku berpikir aku sekarang anak manusia yang lahir di sesuatu yang nyata?
Aku ada, sekarang, disini, berpikir.
0 comment:
Post a Comment
Harap tinggalkan komentar yang konstruktif sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan, dan jangan sampai bersifat sara, terima kasih.