Angin keruh diterik matahari, berdendang dengan suara yang ribut sekali, menyejukkan mata yang bangun dari kematiannya, mendinginkan perasaan yang kepanasan di siang khatulistiwa. Kipas anginku yang usang dan tak terawat menemaniku menulis perasaanku di siang yang panas di kota yang indah, Palangka Raya. Di kamar kecilku di rumah mungilku aku terbangun tak ada kerjaan. Aku teringat permintaan My Daughter, kawan mungilku nan cantik dan imut jelita, Eka, untuk memposting kenangan-kenangan lama saat kami bersekolah di MAN Sampit. Sambil buka-buka file photo ternyata hanya sedikit saja yang aku temukan untuk bisa diceritakan. Semoga cerita ini bisa menjadi kenangan yang akan dikenang nantinya saat membaca atau melihat photo-photonya.
Aku mulai cerita bergambar ini dengan kota tempat aku besar dan berkembang, Kota Sampit, Kota Mentaya. Kota nan ramai dan memiliki penduduk terbanyak ke 2 di daerah Kalimantan Tengah, kalo gak salah sih. Kota yang memiliki beberapa bangunan yang membanggakan seperti pasar PPM (Pusat Perdagangan/Perbelanjaan Mentaya / kalo gak salah sih), Monas (walaupun palsunya dan kecil tapi cukup memberi khas), Masjid Raya yang belum selesai (katanya sih awal tahun 2011 ini sudah difungsikan), dan bangunan bertingkat yang terisi oleh makhluk-makhluk istimewa yang membawa rejeki, Walet, burung yang dipelihara di hotel-hotel bertingkat yang mungkin sudah standar hotel berbintang enam seperti yang ada di kota-kota metropolitan.
Ini adalah foto di dermaga bongkar muat kapal Kota Sampit, menandakan Kota ini siap menyambut tamu yang akan memasuki kota melalui jalur sungai Mentaya.
Kalo ini adalah penampakan dari Monas kecil, berada di jantung kota Sampit, yang menarik sekali sekarang ini di sekitar Monas ini ialah bundaran kecil yang memiliki traffic light, kata orang-orang sekitar Sampit, baru pertama kali menemukan traffic light di bundaran. he...aku juga heran dan terkagum-kagum jadinya.
Kota Sampit juga sangat terkenal sekali sekitar tahun 2004, kalau tidak salah. Terkenal hingga ke mancanegara, suatu kebanggaan yang miris untuk diceritakan, suatu kenangan yang tidak patut dijadikan contoh, suatu kejadian yang mengerikan dan menjadi peringatan. Terjadinya kerusuhan etnis yang merenggut ratusan nyawa diantara kedua belah pihak, antara etnis dayak (etnis asli Kalimantan Tengah) dengan etnis Madura (etnis pendatang dari Madura, Jawa Timur). Perang etnis ini pun melahirkan beberapa kenangan dan kesedihan di Kota Sampit, menimbulkan kemunduran ekonomi sementara di kota yang cukup sibuk di daerah Kalimantan Tengah ini, menyisakan rumah dan bangunan yang berbau amis dan puing-puing kebakaran akibat pengrusakan, pembunuhan, dan pembakaran, menghapus keberadaan suatu etnis untuk sementara, memutus tali silaturrahmi antar kerabat sebangsa, melahirkan hati yang was-was pada penduduk etnis lain yang tidak tahu menahu cerita dan kasusnya, meninggalkan kuburan massal yang entah berapa jumlah korbannya. Kacau balau begitulah kenangan di kota ini, kerusuhan etnis yang semoga tidak terjadi lagi dikemudian hari di kota yang berkembang dengan pesat di segala bidang ini.
Sudah cukup bercerita tentang kota tempatku besar dan berkembang. Sekarang kina menuju ke keteman-teman sekolahku dulu sewaktu di MAN Sampit, walaupun cuma sedikit saja foto nya semoga saja bisa berkesan.
Nah ini foto reuni kecil-kecilan teman-teman MAN ku di rumah saudara Sutris, teman-teman cowo yang setelah sekitar tiga tahun tidak bertemu, kalau tidak salah ini tahun 2009 atau sekitar 3 tahun setelah kelulusan kami. itu ada bos dayat yang sekarang sudah menjadi polisi berdiri dengan tegapnya, padahal dulu ingusan tu, he...peace ya...
Selanjutnya, ini foto kelulusan kami, anak-anak 3 IPA 1 tahun 2006. Berfoto bersama kepala sekolah kami, Bapak Aini beserta ibu dan wali kelas kami Bapak Jusman. Kepalaku botak waktu itu, he...Septi keren banget, misdani ragu-ragu sama kamera, cepi kehilangan sebelah mukanya, adi tetap tampil serius dimana sana dan kapan saja, amin tetap paling pintar dan lanji, dan upik yang kritis dan bersahaja. Itulah para lelaki 3 IPA 1 dulunya.
Selanjutnya ini foto saat kumpul-kumpul di tempat kerja salah satu teman akrabku, Mimin, rombong buku yang ramai dikunjungi, terutama teman-teman sih, he...dari sebelah kiri ada Mimi, Arif, Sa'i, dan bapak Iwan d'zaboek. hahahaha....ketika itu bapak iwan masih single/jomblo, sekarang dah punya bini asli produk MAN Sampit juga. he....
Selanjutnya ini foto sutris, teman-teman ku pasti sudah kenal semuanya, karena Sutris bisa dianggap penghulu suku, penyambung silaturrahmi teman-teman angkatanku, koordinator yang tak mengenal lelah, ramah tamah, sabar, dan murah senyum.
Kemudian ini foto saat keren-kerennya aku dan teman-teman. Anak bank kesahnya, he....culun banget, nie foto hasil scan sih jadinya tidak terlalu jelas. Lupa nama band nya dulu, gak pernah dapat juara dan hancur-hancuran. Pake botak dan pakaian serba hitam segala lagi aku waktu itu...ckckckckck....
Segini dulu deh cerita bergambar #1, nanti akan aku coba posting lebih banyak kalau foto-fotonya sudah terkumpul. To be countinue....
Den futu yk Lain'y dtunggu Loh...!
ReplyDelete